Romo Eko Wahyu OSC: Ziarah Batin Membuat Saya Setia Membaca Kitab Suci
![]() |
Foto: istimewa |
Terasvita.com
– Duduk santai di tengah sebuah taman, mengenakan kaus oblong warna biru dipadukan celana pendek hitam, Romo Eko Wahyu OSC bercerita tentang Ziarah
Batin, buku renungan harian yang diterbitkan OBOR setiap tahun sejak 1996.
Romo
Eko, sapaan karibnya, mengatakan, Ziarah Batin menumbuhkan kesetiaan
dalam dirinya untuk selalu membaca Kitab Suci, yang merupakan sumber iman umat
kristiani.
“Ziarah
Batin adalah sebuah buku yang mengajak saya (kita) untuk setia membaca Kitab
Suci, mengikuti perjalanan Kitab Suci sesuai kalender liturgi gereja sepanjang
tahun,” kata pastor dari Ordo Salib Suci itu, di kanal Youtube Obormedia.com,
yang diunggah pada Kamis, 10 Desember 2020.
Baca
juga: Sepuluh Fakta tentang Ziarah Batin yang Jarang Diketahui
Pastor
kelahiran 11 Maret 1969 melanjutkan, “Ziarah Batin itu bukanlah Kitab Suci,
melainkan pendamping Kitab Suci, supaya seperti yang dikatakan Rasul Yakobus, kita
tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pelaku firman.”
Pastor
yang dikenal humoris itu mengatakan, di dalam Ziarah Batin kita menemukan langkah-langkah
konkret atau relevansi-relevansi aktual dari pesan-pesan Kitab Suci sesuai
kalender liturgi gereja sepanjang tahun tahun, dari Minggu Adven pertama sampai
Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Selain
itu, tambah Romo Eko, Ziarah Batin merupakan sebuah buku yang mencintai,
menghormati, dan menghargai alam, sebuah semangat yang amat kuat ditekankan dalam Laudato
Si, ensklik Paus Fransiskus tentang merawat bumi sebagai rumah kita bersama
(2015).
Hal
itu, kata dia, karena untuk renungan selama 365/366 hari, Ziarah Batin merangkumnya dalam satu buku, tanpa mengurangi kedalaman dan keaktualan isi renungan. “Kalau banyak sekali kertas yang
digunakan, itu berarti alam semesta turut dieksploitasi.”
Baca
juga: Peluncuran Ziarah Barin 2021: Catatan Seorang Tukan Kepuruk
Sementara itu, perihal kesannya selama dua kali menulis renungan untuk Ziarah Batin termasuk untuk edisi 2021, Romo Eko mengatakan, ia akhirnya “dipaksakan” untuk membaca dan memperdalam bacaan liturgi.
“Pada saat saya membuat renungan, saya
membaca beberapa buku tafsir yang memperdalam bacaan liturgi hari itu sehingga
renungan saya mendalam dan relevan,” ujar Romo Eko.
Selain
itu, kata dia, menulis renungan di Ziarah Batin memunculkan semangat pertobatan
dalam dirinya, karena “waktu saya membuat renungan, saya tidak hanya berbicara
kepada orang lain, tetapi akhirnya juga kepada diriku sendiri”
“Jangan-jangan
saya tidak seperti yang saya renungkan; jangan-jangan saya jauh dari kata-kata
yang saya ajarkan, maka saat saya menulis, saya pun akhirnya harus tunduk dan dengan
rendah hati mengatakan: Tuhan saya belum seperti apa yang saya tuliskan,”
ceritanya.
“Semoga
kita sama-sama bertobat dengan peziarahan batin yang dituntun oleh buku itu
(Ziarah Batin-red),” kata Romo Eko, yang juga berharap semua umat mau memiliki buku
tersebut.
Rian
Safio
Leave Comments
Post a Comment