Launching “Ziarah Batin 2021”: Catatan Seorang Tukang Kepuruk
![]() |
Direktur OBOR, RD FX Sutanto. Foto: dok. OBOR |
Terasvita.com - Covid-19 “menggila” di Jakarta. Pemerintah pun kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya, para pemburu rupiah harus bekerja dari rumah; kantor-kantor sepi; juga jalanan: agak lengang; tidak seperti biasanya: padat merayap.
Juga
tempat-tempat umum lainnya: sepi. Orang-orang di ini kota pun resah dan gelisah
menunggu virus jahanam ini mengucapkan selamat tinggal. Seperti kemarin: Minggu,
13 September 2020, di Lapangan Intercoon, Meruya, Jakarta Barat, seorang ibu
penjual kopi mengungkapkan keresahan dan kegelisahannya dengan berceloteh
begini: “Esok, PSBB lagi ya, Mas? Gimana
nasib saya orang kecil ini, gak bisa jualan; gak ada pelanggan.”
Celotehan
itu bukan tanpa dasar. Sebab, setiap bencana termasuk bencana wabah begini, yang
paling rentan terkena dampak adalah rakyat kecil: seperti ibu penjual kopi itu,
juga “kita-kita” ini.
Namun, tak ada gunanya resah apalagi gelisah kendati itu perasaan manusiawi yang lumrah. “Iya, Ibu. Semoga ada rezeki lain yang akan menghampiri ibu dan keluarga ibu,” begitu seorang sahabat menimpali celotehan ibu itu.
Memang begitu itu: Bangkit dan bergandengan tangan menghadapinya jauh
lebih elegan daripada meratapinya tanpa henti. Kata orang-orang, seorang
pemenang sejati adalah seorang yang mau bertarung di kerasnya hari-hari hidup
ini.
Ok.
Let's go, Sayang. Jangan lama-lama kalo su mulai rasa.
Tetapi, soalnya: ke manakah arah perahu… tiada angin membantu… Ohh…Semoga
ini tidak dianggap buih verbal… Once again: Semoga.
Semoga
apa? Semoga ini: Anda dan saya masih
kuat mengarungi lautan. Lautan kata tentang hari ini: 14 September 2020, hari
pertama PSBB total di ini kota: Jakarta. Namun, bukan tentang PSBB-nya,
melainkan tentang ini buku: Ziarah Batin. Di-launching hari ini,
di Kantor Penerbit OBOR, Jl. Gunung Sahari,
Senen, Jakarta Pusat. Dalam kalender liturgi bertepatan Pesta Salib Suci. Ini
bukan kebetulan. Yang kebetulan yah pas hari pertama PSBB jilid II di
Jakarta.
Mari
kita tangguhkan soal yang kebetulan dan yang bukan kebeletan, eh yang bukan
kebetulan-maksud kami. Kita berlanjut ke soal Ziarah Batin. “Itu apa?”
begitu kira pertanyaan yang menggantung di kepala bagi yang awam dengan Ziarah
Batin. Tidak salah: Wajar!!
Dalam
sambutannya di hari peluncuran buku renungan harian sepanjang tahun itu, Direktur
Penerbit dan Toko Rohani OBOR, RD FX Sutanto, mengatakan bahwa peluncuran ini
menandai Ziarah Batin 2021 sudah mulai disebarkan ke seluruh
Nusantara.
Pastor
Diosesan Bogor itu menambahkan, Ziarah Batin pada tahun ini memasuki usia ke-26
tahun. Itu berarti sudah 26 tahun Ziarah Batin mendampingi umat di Nusantara:
Menjadi teman setia ribuan umat Katolik. Lalu, sekadar intermezo: Ziarah Batin
merupakan buku best seller di OBOR dengan oplah 60 ribu eksemplar.
Romo
Sutanto, sapaannya, mengingatkan, Ziarah Batin tidak bermaksud
menggantikan Kitab Suci, tetapi untuk membantu umat giat membaca dan
merenungkan firman Tuhan.
“Semoga
Ziarah Batin yang menjadi pendamping setia kita dapat membantu kita membaca,
merenungkan, dan memetik buah-buah Firman Tuhan,” harapnya.
Selain
dengan renungan-renungan yang ada di dalamnya, lanjut alumnus Universitas
Parahyangan, Bandung, itu, Ziarah Batin memfasilitasi umat (empat orang pemenang undian kupon Ziarah Batin) yang mau
berziarah ke Tanah Suci secara gratis melalui kerja sama dengan Renata dan Stela
Kwarta Tours and Travel.
Sementara
itu, Pemimpin Redaksi OBOR, Yon Lesek, menjelaskan, Ziarah Batin ditulis
berdasarkan penanggalan liturgi Gereja sepanjang tahun. Dengan demikian, kata
Yon-sapaannya, para pengguna Ziarah Batin terbantu untuk merenungkan
Kitab Suci berdasarkan liturgi yang ditetapkan Gereja.
Ia
menambahkan, Ziarah Batin digunakan seperti sebuah buku catatan rohani harian
atau bulanan. Setiap akhir renungan disediakan ruang untuk menulis pengalaman
pribadi dalam terang firman Tuhan hari atau sepanjang bulan itu.
“Orang
kudus dikenal dari catatan hariannya. Begitu juga para pengguna Ziarah
Batin. Di kemudian hari dia bisa mengenal atau mengetahui perjalanan rohaninya
dari tulisan di Ziarah Batin setiap hari dan setiap bulan,” ucap
alumnus STFK Ledalero itu.
Nah, kita
sudah sampai di tengah lautan. Sekian mil telah kita lewati. Dan, kita
mendapatkan ini: mengenal secara sekilas pandang Ziarah Batin. Kita tidak
berhenti di sini. Kita terus merenangi lautan ini. Di seberang sana masih ada
yang harus kita rengkuh. Mari kita ke sana itu.
Let’s
go, Sayang. Jangan lama-lama kalau su mulai basah. Debur ombak masih akan terus
menemani kita hingga ke tepian. Mungkin juga perahu ini karam dihantam badai. Hanya
“Jangan takut! Aku ini: tukang kepuruk, ehh tukang kerupuk, eh salah lagi.
Tukang edit (editor-red) itu Ziarah Batin-maksud kami.”
Iya.
Aku ini: Tukang edit yah. Bukan tukang kepuruk seperti di judul “perjalanan”
kita ini. Sekali lagi: tukang edit. Tugasku merenyahkan-seperti rasa kepuruk eh
krupuk-bahasa renungan-renungan di itu buku. Juga, menata kata dan kalimatnya sehingga mendekati
standar EYD. Semoga. Kalau tidak renyah dan tidak sesuai EYD, juga masih ada typo: ehh itu
dosa saya orang yang paling baik ini; juga dosa pemred saya. Hehe (Maaf,
Kae).
Begini:
Sejak Juli 2019, saya menekuni pekerjaan sebagai tukang edit di OBOR. Puluhan
buku yang saya edit. Termasuk Ziarah Batin edisi 2020 dan 2021. Masih kalah jauh
dengan yang ditorehkan “Bapa Pemred”. Ia sudah mengedit ratusan judul buku
selama hampir dua puluh tahun di sana. Salut.
Ahh…
Masih jauhkah kita untuk sampai ke tepian itu?
Tergantung. Seruput kopi dulu. Amatilah kiri dan kanan Anda! Dua menit
saja… Selesai. Mari kita kembali ke sini: catatan hati seorang tukang edit selama
mengerjakan dua edisi Ziarah Batin itu.
Catatan
satu. Benar kata orang-orang: Manusia adalah makhluk peziarah. Ziarah Batin
pun melapangkan hal itu: Aku dan (Anda yang membacanya) melakukan peziarahan
dari satu tempat ke tempat yang lain. Beragam perspektif dan beragam buah
Firman Tuhan di dalamnya, itulah kesejatian peziarahan itu.
Catatan
dua. Kata Pemazmur, Firman Tuhan itu pelita bagi langkah kaki kita. Iya. Ziarah
Batin membuat pelita itu terangnya semakin benderang sesuai dengan konteks
waktu dan tempat kita bermukim: Saat ini di tengah pandemi Covid-19 dan di bumi
Indonesia yang plural dan majemuk.
Catatan
tiga. “Firman yang keluar dari mulut-Ku: Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan
sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam
apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11). Ziarah Batin membuat apa Yang Mahatahu
kehendaki bagiku semakin jelas, kendati saya tidak selalu berhasil mengikuti
kehendak-Nya. “Roh memang kuat, tapi daging lemah” (Matius 14:38).
Akhirnya. Kita sudah sampai: Di tepian. Berapa liter air laut yang Anda minum: Aku tidak
tahu. Yang pasti bahtera kita tidak karam oleh karang. Jangan lupa, untuk yang
di seputaran Jabodetabek, kita lagi PSBB. Jaga jarak. Cuci tangan. Pakai masker.
Asupi tubuh jasmani Anda dengan makanan yang bergizi; dan asup jiwa rohani Anda
dengan sajian renungan Firman Tuhan dalam Ziarah Batin.
Saya: tukang kepuruk, eh salah; saya: tukang
kerupuk, eh salah lagi. Tukang edit: ini baru benar, pamit undur diri.
Rian Safio
Leave Comments
Post a Comment