Berita
Headline
Internasional
Logika Allah
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus Ajak Umat Katolik Hidup dengan “Logika Allah”
Monday, August 3, 2020
0
![]() |
Paus Fransiskus. Foto: istimewa |
Terasvita.com
- Paus Fransiskus mengajak umat Katolik sejagat untuk hidup dengan "logika
Allah", yakni mengambil bagian dalam tanggung jawab untuk kesejahteraan
orang lain.
Hal
itu disampaikan Paus Fransiskus dalam katekese yang biasa disampaikan sebelum doa Angelus pada 2 Agustus
2020, di Plataran Basilika St. Petrus, Roma, Italia. Ia merenungkan Injil untuk Minggu, Pekan Biasa XVIII, yaitu kisah penggandaan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan 5.000 orang
(Matius 14:13-21).
Paus
mengutip ayat 15 dan 16 dari perikop tersebut: Menjelang malam, murid-murid-Nya
datang kepada-Nya dan berkata: Tempat
ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya
mereka membeli makan di desa-desa. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Kamu
harus memberi mereka makan!"
“Yesus
ingin menggunakan situasi tersebut untuk mendidik murid-murid-Nya, baik yang dulu
maupun yang sekarang, tentang logika Allah," kata paus dikutip dari kantor pers
Takhta Suci.
Logika Allah yang kita lihat di sini, lanjut Paus Fransiskus, adalah mengambil
tanggung jawab terhadap orang lain; logika tidak mencuci tangan; logika tidak
melihat ke arah lain.
Dengan demikian, ujar penerus Paus Benediktus XVI itu, "'Biarkan
mereka berjuang sendirian' seharusnya tidak masuk ke dalam kosakata kristiani."
Paus
Fransiskus menunjukkan bahwa setelah para murid memberikan kepada Yesus roti lima
dan dua ikan, Yesus melakukan mukjizat yang memungkinkan setiap orang untuk
makan sebanyak yang mereka inginkan.
Paus
berkata: “Dengan mukjizat ini, Yesus menunjukkan kuasa-Nya; bukan dengan cara
yang spektakuler, melainkan sebagai tanda kasih dari kemurahan hati Allah Bapa
terhadap anak-anak-Nya yang letih dan membutuhkan makanan."
"Dia masuk dalam kehidupan
umat-Nya, Dia memahami kelelahan dan keterbatasan umat-Nya, Dia tidak
membiarkan siapa pun hilang atau kalah: Dia memelihara umat-Nya dengan
firman-Nya dan menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak untuk dimakan.”
Berbicara
dari jendela yang menghadap Lapangan Santo Petrus, Paus menunjukkan hubungan
antara mukjizat penggandaan roti dan Ekaristi.
“Patut
dicatat betapa dekatnya kaitan antara roti Ekaristi, makanan untuk kehidupan
abadi, dan roti harian, yang diperlukan untuk kehidupan duniawi,” pungkasnya.
Paus berkata, “Sebelum
menawarkan diri-Nya kepada Bapa sebagai Roti keselamatan, Yesus memastikan ada
makanan bagi mereka yang mengikuti-Nya dan yang, untuk bersama-sama dengan-Nya,
lupa menyediakan perbekalan. Kadang-kadang, antara yang spiritual dan material
bertentangan, tetapi pada kenyataannya spiritualisme, seperti materialisme,
asing bagi Alkitab. Itu bukan bahasa Alkitab.”
Paus
melanjutkan, "Belas kasihan dan kelembutan yang ditunjukkan Yesus kepada
orang banyak bukanlah sentimentalitas, melainkan manifestasi konkret dari cinta
yang peduli pada orang-orang yang membutuhkan."
Umat Katolik harus menyambut Ekaristi dengan sikap belas kasih sama seperti yang ditunjukkan Yesus saat memberi makan kepada 5.000 orang.
“Belas
kasihan bukanlah soal material semata; kasih sayang sejati adalah 'patire con'
(untuk menderita bersama), untuk meletakkan kesedihan orang lain pada diri kita
sendiri," kata Paus.
“Mungkin
baik bagi kita hari ini untuk bertanya pada diri sendiri: Apakah saya merasa
kasihan ketika saya membaca berita tentang perang, tentang kelaparan, tentang
pandemi? Dan begitu begitu banyak hal lain...”
“Apakah
saya berbelas kasih terhadap orang-orang itu? Apakah saya berbelas kasih
terhadap orang-orang di dekat saya? Apakah saya mampu ikut menderita bersama mereka,
atau apakah saya melihat ke arah lain, atau membiarkan 'mereka berjuang sendirian'?"
"Mari
kita tidak melupakan kata 'belas kasih' ini, orang yang percaya pada kasih Bapa
yang tak terbatas, berarti berani untuk,"
ajak Paus berpaspor Argentina itu.
Setelah
mendaraskan Angelus, paus menyatakan kesedihannya atas serangan bom api terhadap
sebuah katedral di Nikaragua pada 31 Juli.
Dia
juga menyoroti Pengampunan Assisi, yang dirayakan pada 1-2 Agustus. Pengampunan
Assisi atau Indulgensi Porziuncola adalah indulgensi penuh yang dapat diperoleh
umat Katolik secara bersama.
Paus
menggambarkan indulgensi itu sebagai hadiah spiritual yang diterima Santo
Fransiskus Assisi dari Allah melalui perantaraan Perawan Maria.
Paus
Fransiskus mengungkapkan persyaratan untuk mendapatkan indulgensi itu, yakni
menerima absolusi dalam Sakramen Tobat, mengikuti Ekaristi di tempat yang sama dengan pengakuan
dosa, mengunjungi sebuah paroki atau gereja Fransiskan, mendaraskan Syahadat
dan Bapa Kami, dan berdoa untuk paus.
Dia
berkata: "Betapa pentingnya untuk selalu menempatkan pengampunan Tuhan,
yang 'menghasilkan surga' di dalam kita dan di sekitar kita, kembali di pusat,
yaitu pengampunan yang datang dari hati Tuhan yang penuh belas kasihan!"
Melihat
ke arah para peziarah yang berkumpul di alun-alun, paus menyambut sekelompok
dari Palosco-Lombardia, orang-orang Brasil yang memegang bendera nasional
mereka, dan mereka yang berdevosi kepada Maria Imaculata.
Dia
berkata bahwa dia berharap bahwa dalam beberapa hari mendatang semua orang akan
dapat beristirahat, menghabiskan waktu di alam, dan menjadi segar kembali secara
rohani.
“Pada
saat yang sama saya berharap bahwa, dengan komitmen kerja sama dari semua
pemimpin politik dan ekonomi, pekerjaan dapat dilanjutkan: keluarga dan
masyarakat tidak dapat melanjutkan hidup tanpa pekerjaan. Mari kita doakan ini,” katanya.
“Ini
dan akan menjadi masalah setelah pandemi: kemiskinan dan pengangguran. Solidaritas
dan kreativitas sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini,"
tutupnya. )***
Rian
Safio. Sumber: Catholic News Agency
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment