Headline
Resensi
The Jesus's Letters
Terasvita.com - Sejenak “pulang” ke beberapa tahun silam, ketika
komunikasi antara sanak keluarga atau sahabat yang jauh masih via
surat. Bahagianya bukan main tentu saja. Apalagi, ketika dari surat itu kita
mengetahui semuanya baik-baik saja: sehat walafiat dan rahmat Tuhan terus
tercurah.
Sekilas Pandang Buku “Surat-Surat Yesus dari Nazaret”
Thursday, April 16, 2020
0
![]() |
Gambar: OBOR |
Biasanya, dalam surat-surat informal, seseorang mengungkapkan
pikiran, perasaan, kegundahan, kegelisahan, dan impiannya dalam hidup ini.
Juga, usaha-usahanya untuk mewujudkan impian itu; perjuangan-perjuangan
menghadapi tantangan-tantangan hidupnya; aspirasi-aspirasi dan bagaimana
aspirasi itu dilaksanakan; relasi-relasi sosialnya dan relasi dengan alam dan
bagaimana dia mengolah relasi itu untuk memperkaya cara pandang
terhadap aneka realita kehidupan ini.
Begitulah gaya dan gambaran isi dari buku “Surat-surat
Yesus dari Nazaret”, sebuah karya saduran oleh Mgr. Paskalis Bruno
Syukur OFM dari buku “The Jesus's Letters” karya Maria
Rosales OFM, seorang fransiskan Filipina. Buku setebal 332 halaman ini
diterbitkan oleh Peberbit Rohani OBOR pada Maret 2020.
Oleh penyadur, buku ini dipersembahkan dalam rangka enam tahun
penggembalaannya sebagai pengganti para rasul (Uskup-red) di Keuskupan Bogor.
Di dalamnya menyajikan 65 surat imaginatif dari
Yesus, Guru Kehidupan dari kota kecil Nazaret. Surat-surat itu
dialamatkan untuk banyak orang yang pernah hadir dalam hidup-Nya dan
juga yang turut serta dalam mewujudkan misi kehadiran-Nya ke dunia. Untuk
disebutkan beberapa, seperti untuk orang tua angkat-Nya (Maria dan Yosep), para
murid-Nya, sepupu-sepupu-Nya, sahabat-sahabat perempuan-Nya, musuh-musuh-Nya,
orang-orang yang bertobat, orang-orang yang ikut dalam jalan salib dan yang
menyalibkan-Nya, dan untukmu semua yang membaca surat-surat itu.
Dalam berpucuk-pucuk surat itu, Yesus
mengungkapkan rasa rindu untuk ibu-Nya, kekaguman-Nya kepada orang-orang yang setia mengikuti-Nya, kekesalan-Nya terhadap murid-murid-Nya, kegeraman-Nya
terhadap penguasa Romawi dan elite-elite Yahudi, teguran-teguran terhadap
orang-orang yang mengkhianati-Nya, dan tak lupa pula harapan-Nya untukmu pembaca
yang budiman yang kini ada dan hidup sini (hic
et nunc).
Surat-surat itu digolongkan
dalam 4 kelompok berdasarkan tujuan surat-surat itu ditulis. Pertama, kelompok
surat-surat untuk keluarga terdapat pada no. 1-14, seperti untuk Maria dan Yosep, Yohanes, mempelai dalam cerita perjamuan nikah di Kana, dll. Kedua, kelompok
surat-surat untuk para rasul ditemukan pada no. 15-29. Ketiga,
kelompok surat yang ditulis untuk orang-orang lain terdapat
pada no. 30-51. Keempat, ada juga kelompok surat dari no.52- 64 yang ditujukan
kepada orang perorangan yang terlibat dalam peristiwa penyaliban,
kematian, dan kebangkitan. Surat no. 65 dialamatkan kepada para
pembaca yang tentu saja kalau mau membeli buku ini.
Tentu surat-surat itu tidak otentik ditulis
Yesus. Surat-surat itu ditulis didasarkan pada tuturan kisah-kisah
Yesus sejak kecil hingga mengalami kebangkitan yang ada
dalam kitab-kitab Injil, tradisi-tradisi Gereja, dan kesalehan rakyat. Setiap
surat diberi pengantar terkait konteks historisnya, sehingga pembaca memahami latar
peristiwa dan waktunya.
Baca juga: Semakin Mengindonesia di Jalan Politik
Penyajian surat-surat itu dikemas dalam bahasa yang sederhana, luwes, renyah, dan tidak formal; bahasa
percakapan keseharian antara seorang anak dan orangtua, antara sahabat, antara
seorang adik dan kakak, antara seorang murid dan guru. Selain itu, di dalamnya
terdapat cerita-cerita jenaka para murid Yesus yang mengundang gelegar tawa.
Surat- surat dalam buku ini tidak semata-mata
suatu karya “fiksi sejarah”, tetapi unsur teologis juga tersirat kuat di
dalamnya. Penuh dengan inspirasi, motivasi, dan peneguhan untuk kehidupan personal, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan sebagai
rohaniwan dan religius, dan aneka cara hidup lainnya.
Baca juga: Agama Tetap Relevan di Zaman Post-Sekular
Surat-surat ini boleh digunakan dalam macam-macam cara. Bisa
digunakan sebagai bahan doa pribadi, penutup khotbah, refleksi atau mengakhiri
suatu “Lectio Divina”. Beberapa surat bisa dipakai pada saat pesta pernikahan
atau saat pemakaman. Surat-surat ini bisa juga digunakan dalam pelajaran
formasi umat agar berkembang dalam pengenalan dan cinta akan Kristus, Sang Juru
Selamat.
Akhirnya, hemat kami, buku ini merupakan “hidangan yang
sangat bergizi” bagi kehidupan spiritual umat Kristiani. Inspirasi-inspirasi
dalam buku ini niscaya membantu umat Kristiani, entah sebagai
religius/rohaniwan atau sebagai awam, untuk hidup semakin bersukacita dalam
Kristus sekaligus hidup penuh optimisme agar menjadi berkat bagi banyak orang.
Rian Safio
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment