Headline
Hidup Itu Panggilan
Resensi
Buku "Hidup Itu Panggilan" (Karya Pater Gusti Nggame OFM)
Friday, March 13, 2020
0
![]() |
Gambar: https://ariestyajeany.wordpress.com/ |
Terasvita -
Pada hakikatnya hidup manusia adalah sebuah panggilan kepada kepenuhan insani
dan rahoniah. Manusia dipanggil untuk berada dalam persekutuan dengan Allah
mulai dari sini dan kini (hic et nunc) yang mencapai kepenuhannya dalam surga
abadi. Alasannya, terutama dalam kerangka iman Kristiani, hidup manusia
diterima sebagai sebuah pemberian, bukan terlempar begitu saja atau peristiwa
kebetulan semata.
Namun
demikian, di zaman modern hidup manusia menjadi kering. Materialisme,
indvidualisme, dan sekularisme meracuni cara pandang dan cara berada
manusia-manusia modern yang kurang memberikan tempat terhadap dimensi
transendetal dari hidup itu sendiri. Akibatnya, hidup seolah-olah sebuah
hitung-hitungan ekonomis; seberapa banyak harta yang dikumpulkan dan seberapa
tinggi jabatan yang diraih.
Buku “Hidup Itu Penggilan” mencoba menekan laju dan memaksa
manusia untuk berhenti sejenak untuk mengembalikan cara pandang terhadap hidup
pada aras yang benar dalam horizon kristiani. Di dalamnya terbagi di dalam tiga
spektrum besar yang antara satu dengan yang lain saling terkait dan bermuara
pada upaya mempromosikan budaya panggilan.
Dalam spektrum
pertama, penulis menyajikan serta menganalisis konteks zaman ini dalam kaitan
upaya mengembangkan budaya panggilan. Menurut penulis, zaman ini ditandai
dengan masyarakat kompleks, yakni masyarkat yang ikatan kolektif semakin
memudar dan masyarakat yang heterogen. Selain itu, semakin suburnya pluralisme,
subjektivisme, dan materialime.
Sepektrum
kedua, penulis menyajikan soal konsep panggilan. Disadari bahwa tidak semua
memiliki pemahaman yang memadai tentang panggilan. Bahkan, Gereja sendiri
memiliki pekerjaan rumah yang tidak ringan, yakni mengubah cara pandang umat
yang melihat panggilan hanya pada panggilan religius atau rohaniwan. Ada dua
konsep panggilan yang disajikan penulis,yakni psikologis dan teologis. Konsep
psikologis berkenan dengan panggilan sebagai kerinduan manusia untuk menjadi
diri sendiri dan mentransendensi diri. Dan konsep teologis berkenan dengan relasi
dialogis manusia yang dipanggil dan Allah yang memanggil.
Spektrum
ketiga, penulis menyajikan upaya mempromosikan budaya panggilan berdasarkan
analisis atas konteks zaman yang dikonfrontasikan dengan konsep panggilan itu
sendiri. Dalam kacamata penulis, mengembangkan budaya panggilan membutuhkan
mentalitas, sensibilitas, praktis yang memadai. Menganimasi keluarga sebagai
ladang subur bertumbuhnya panggilan adalah sebuah kemendesakan. Selain
keluarga, beragam kegiatan Gereja lainnya seperti kegiatan OMK,
pelajaran-pelajaran di sekolah-sekolah Katolik, dll, perlu digarap untuk
mengembangkan kesadaran banyak orang akan hidup sebagai panggilan pada
kekudusan.
Akhirnya, buku
ini sangat kaya akan gagasan tentang hidup sebagai panggilan. Analisis yang
tajam dan penyajian lugas menjadi kelebihan buku ini. Orang-orang Katolik
semestinya membaca buku ini. Di dalamnya akan ditemukan makna hakiki hidup
manusia itu sendiri sebagai sebuah panggilan. Teristimewa bagi mereka yang
bergerak di komisi promosi panggilan, buku ini memberi dasar sekaligus strategi
yang memadai dan relevan untuk membawa semakin banyak orang pada jalan
panggilan untuk bersekutu dengan Allah, Penciptanya (bdk. Verbum Domini 77).
Rian Safio, tinggal di Jakarta
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment