Headline
Perspektif
Manusia: Makhluk yang Berpengharapan
Saturday, March 28, 2020
0
![]() |
Foto: dokumen pribadi |
Sdr.
Mikael Santrio OFM
Terasvita.com -
Pertanyaan manusia tentang dirinya sendiri akan selalu muncul dalam seluruh
pergumulan hidup manusia itu sendiri. Pertanyaaan yang dimaksud adalah:
Siapakah aku (manusia)? Dari mana aku berasal? Ke mana arah tujuan hidupku? Apa
yang bisa aku lakukan di dunia ini? Dll.
Tulisan
ini berupaya menjawab pertanyaan tentang siapakah manusia itu? Tentu, ulasan
ini bukan satu-satunya jawaban, melainkan hanya salah satu alternatif saja.
Penulis mendasarkan ulasan sederhana ini pada refleksi teologis seorang teolog
Kristen, Jurgen Moltmann, yang membahas khusus teologi pengharapan.
Di dalam
bukunya yang berjudul Theology of Hope,
Moltmann berbicara banyak tentang harapan orang-orang Kristen baik harapan
selama hidup di dunia ini maupun harapan manusia ketika beranjak dari dunia
ini. Ia (Moltmann) mengatakan bahwa harapan orang Kristen itu bukan hanya
terletak pada hidup di akhirat ketika manusia menyelesaikan peziarahannya di
dunia ini, melainkan juga pengharapan itu sudah dimulai dari sini dan kini (hic et nunc).
Oleh
karena itu, manusia dalam keseluruhan dirinya adalah makhluk yang selalu dan
senantiasa berharap. Harapan manusia itu arahnya jelas, yaitu terarah kepada
Sang Pencipta, Sang Pemberi Kehidupan. Bahasa yang digunakan oleh orang-orang
beriman untuk hal ini: pengharapan kita itu terarah kepada Tuhan. Jadi, harapan
kita itu bukan ilusi (harapan kosong), melainkan terarah kepada Sang Pencipta,
Yang Tertinggi. Dengan demikian, manusia itu adalah makhluk yang selalu
berpengharapan.
Dalam
situasi saat ini, di mana keganasan pandemi Covid-19 yang semakin hari semakin
menyerang secara membabi buta makhluk yang bernama manusia__tanpa melihat
apakah dia pejabat atau warga biasa, miskin atau kaya, pria atau perempuan,
tenar atau low
profile, pas-pasan atau tampan___apakah kita masih berani untuk berharap?
Masih adakah sedikit ruang bagi kita untuk berharap? Kalau kita menjawab ya atas
pertanyaan ini, lantas pertanyaannya kemudian adalah: Harapan seperti apa yang
perlu kita hidupi?
Tentu,
harapan yang penulis maksudkan di sini bukan berarti pasif; tidak melakukan
apa-apa; dan hanya menunggu saja kapan harapan itu terwujud. Harapan tidak
identik dengan pasrah; berharap bukan berarti lari dari dunia ini. Ketekunan
dalam berharap justru harus ditunjukkan dengan menjalankan tanggung jawab dalam
hidup.
Untuk
konteks kita saat ini, di mana pandemi Covid-19 semakin meluas, harapan yang
mesti kita bangun ialah, pertama, wabah ini pasti akan berlalu dari kehidupan
kita. Ini adalah harapan kita. Kedua, “bahwasanya di mana bahaya itu ada, di
situ tumbuh juga “kuasa” untuk menyelamatkan. Akan tetapi, tanpa adanya harapan
dan kepedulian dari pihak kita, kuasa itu mustahil tumbuh.Bahaya melatih kita
untuk peduli, yaitu bertanggung jawab dengan tidak berkumpul, untuk berbela
rasa tanpa menyentuh, untuk setia kawan tanpa merangkul (lih. F. Budi Hardiman, Kompas, Jumat
27 Maret 2020).
Ketiga,
harapan untuk konteks kita saat ini dapat juga berarti berdisiplin diri, taat
terhadap arahan atau anjuran dari yang berwajib demi keselamatan semua orang,
dan peduli dengan keadaan orang-orang di sekitar kita. Melalui harapan seperti
ini, tragedi kemanusiaan ini segera akan berlalu dari hidup kita.
Jangan Pernah Kehilangan Harapan!
Viktor E. Frankl (1905–1997)
adalah seorang neurolog dan psikiater Austria serta korban peristiwa holocaust.
Ia pernah mengatakan demikian, “Segala sesuatu boleh saja hilang dalam
kehidupan kita, tetapi jangan sekali-kali kehilangan harapan.”
Pernyataan
Frank itu menegaskan bahwa harapan itu menjadi pemacu semangat kita untuk dan
dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Kita bisa bertahan hidup sampai saat
ini, salah satunya karena kita memiliki harapan.
Karena
itu, jangan pernah kehilangan harapan! Sebab, bahaya yang tidak kalah besar
dibanding derita raga adalah kehilangan harapan. Menjawab pertanyaan siapakah
manusia itu di awal tulisan ini, kita bisa mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang berpengharapan. Kita semua pun berharap, pandemi covid-19 ini akan
berlalu dari kehidupan kita dan kitalah yang menjadi pemenangnya.
*Penulis
adalah biarawan Fransiskan, tinggal di Jakarta.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment