Headline
Ludovikus Mance
SDI Benteng Deda
SDK Rego
TOKOH
Guru Ludo dan Sepatah Kenangan di SDI Benteng Deda
Friday, August 23, 2019
0
![]() |
Ludovikus Mance. Foto: Facebook |
Terasvita.com -
Ludovikus Mance. Demikian nama lengkapnya. Hari ini (Jumat, 23 Agustus 2019),
dia menghadap Hyang Ilahi; pergi dari dunia yang fana menuju rumah Bapa di
surga, rumah abadi semua umat beriman.
Dari cerita seorang teman, ayah beberapa anak
itu, sekian bulan bertarung melawan kejamnya sakit dan penyakit yang
menggerogoti tubuhnya; sebuah kenyataan yang tentu saja ia sendiri tidak menghendakinya,
tetapi ia mampu menerima dan memikulnya hinggga maut badani datang menjemputnya
pulang ke surga, rumah abadi.
Apakah sakit dan penyakit yang menang? Tidak. Cinta
dari yang empunya kehidupanlah yang menang. Cinta-Nya mengalahkan sakit dan
penyakit yang menyiksanya dan menghadiahkan mantan guru SDI Benteng Deda itu
kehidupan abadi.
Walaupun harus diakui, kepergiannya tidak mudah diterima.
Orang-orang yang mengenalnya, terutama istri dan anak-anaknya, tentu
mengharapkan, kalaulah boleh kenangan-kenangan indah dengannya terus berulang
dalam kehidupan nyata, bukan direnggut oleh kematian.
Seorang Guru Bukan Sekadar Pengajar
Di seputaran Kampung Lewat dan Wontong Raya, Flores, nama
Ludovikus Mance bukanlah nama yang asing. Namanya akrab di telinga orang-orang
di situ. Nama itu sering dilafalkan; dijadikan panutan.
Selama hidupnya, ia memahatkan aneka kenangan yang pantas diingat
dan (mungkin) ditiru. Pasalnya, dia adalah seorang guru. Ia seorang guru dalam
arti yang sebenarnya, yaitu punya kapasitas ilmu juga keteladanan hidup.
Dalam pengalaman saya (Rian Safio), mantan Kepala SDK Rego itu
adalah seorang guru yang luar biasa: cerdas dan total dalam pengabdian. Ia
pantas disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Titik.
Sepatah Kenangan
Saya adalah mantan muridnya di SDI Benteng Deda, Wontong, Flores. Selama enam tahun di Benteng Deda, saya
mendapat banyak hal baik darinya: pengetahuan, nasihat-nasihat bijak, dan
keteladanan hidup.
Enam tahun dibimbingnya sebagai bocah polos adalah salah satu
periode paling memukau dalam perjalanan hidup saya. Saya jadi seperti ini
sekarang, bisa membaca, menulis, menghitung, bersosialisasi dengan
orang berbagai lapisan, kecuali joak hehehe, adalah
berkat bimbingan guru berambut kriwil itu.
Adapun sepatah kenangan dari berpatah-patah yang diingat dan menggores
makna adalah ketika saya kelas III SD. Kisahnya begini. Hari itu, Pak Ludo,
demikian ia akrab disapa, mengajar mata ajar Matematika di kelas IV. Topik
mengajar mereka hari itu tentang perkalian.
Rupanya hampir semua warga kelas IV waktu itu tidak bisa
perkalian. Sehingga, guru yang punya kemampuan bercerita dengan
baik itu, amat kesal. Entah apa di benaknya kala itu, tentu bukan
untuk merendahkan warga kelas IV, dia meminta saya untuk
menghafalkan perkalian delapan di hadapan seluruh warga kelas empat.
Singkat cerita, saya “hafal di luar kepala” perkalian
tersebut. Dan, pada waktu bersamaan, dia meminta salah seorang yang
"terjago" Matematika di kelas itu, kalau tidak salah
ingat- Alfons Hamid, untuk menghafalkan perkalian tiga belas. Alfons,
sapaannya, tidak bisa menuntaskan perkalian itu alias gagal. (Maafkan
penulis cerita yang GR ini, tapi benar kok. Heheheh).
Saya mendapat pujian dan warga kelas empat mendapat “anak
lawo” di lengan. Hehe. Dan, saya merasa bangga dan terus saya ingat sepatah
kenangan itu. Entah sampai kapan.
Hari ini, saya mendengar kabar, dia pergi untuk selamanya. Serentak
peristiwa belasan tahun lalu itu muncul di ingatan. Sedih. Tetapi, saya percaya, dia telah menyelesaikan pertandingan di arena kehidupan ini
dengan baik.
Hidupnya tidak saja berarti bagi dirinya sendiri dan istri dan
anak-anaknya, tetapi juga banyak orang: ribuan mantan muridnya dan
berlapis-lapis jumlah orang yang ia jumpai. Ia pantas diberi gelar
pahlawan tanpa tanda jasa.
Selamat jalan, Guru. Bahagia di sana dan di sini masih
tertatih-tatih untuk mengibarkan tegar dan mengikhlaskan kalau engkau tak
bisa dijumpai lagi dalam ruang dan waktu.
Salam hangat dan jabat erat dariku, mantan muridmu di SDI Benteng
Deda-angkatan 99.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment